Cerita
di malam sabtu, saya bersama 3 orang teman menuju Motzen untuk sekedar
menikmati beer. Walau saya tidak ikut menikmatnya dan belum pernah minum beer
karena mempunyai alasan tersendiri mengapa tidak ingin minum beer selama umur
saya 22 tahun ini. Namun, Tidak ada salahnya saya ikut nongkrong bareng
teman-teman saya itu. Saya mempunyai banyak teman yang gemar minum beer namun
saya tak pernah punya masalah dengan mereka gara-gara beer.
saya
sempat bertanya kepada salah satu teman saya, “kenapa lw suka minum beer, kata temen gw kan beer itu rasanya pait?”
diapun menjawab dengan santai bahwa, awalnya beer bagi dia hanya alat untuk basa-basi dalam
berinteraksi dengan orang lain ketika masih SMA. Tapi seiring tahun berganti
tahun. Diapun menikmati beer yang rasanya pahit dirasanya. Karena rasa pahit
itu sama seperti hidup dia.
Walau
pahit, tetapi tak sedikit yang mencarinya, seperti hidup yang pahit. Tapi
kepahitan itu memberikan kesegaran tersendiri. Dan katanya, walaupun pahit,
entah kenapa tak bisa berhenti meneguknya jika sudah ada beer di depan matanya.
Juga Buih dalam beer menyimpan banyak misteri. Beer, membuat dia rileks dalam
setiap kepenatan yang terasa.
Karena saya tidak pernah minum beer,
mungkin penganalogiannya sama seperti rokok. Ya, karena saya perokok berat.
Merokok bukan hanya untuk basa-basi dalam berinteraksi, namun disaat sendirian
pun, saya tetap merokok seperti saat bersama teman-teman saya yang perokok. Berbicara
soal rokok, tak jarang saya melihat wanita merokok di depan saya, namun itu tak
menjadikan saya melihat sebelah mata terhadap wanita tersebut. Dan saya
sependapat dengan teman saya yang mengatakan. Cewe
yg ngerokok ato engga, bukan tolak ukur baik atau buruknya cewe tersebut.
*mungkin karena cewe yang dia suka kadang suka merokok juga. :)*
Saya percaya, setiap
perokok mempunyai seleranya masing-masing terhadap sebuah merk rokok. Sama
halnya akan ideology yang mereka anut. Liberal, komunis, zionis dan lain-lain.
Dan itu membuat mereka ketagihan.
Banyak kisah di setiap
tempat yang saya injak dan itu harus dicatat. Karena catatan itu, membuat saya
mengerti bahkan memahami sesuatu hal yang walaupun tidak saya sukai.
Publish : 2012