![]() |
Foto by : Gilang Ain Nuraga Oh so strange...hanging out every time to reach the end. You never know how anything will change |
"Saya berkaca dengan apa yang sudah saya lakukan sejauh ini, melihat ulang apa capaian yang sudah saya lakukan, kontribusi apa yang sudah saya berikan kepada lingkungan sekitar saya. tapi saya memang tak bisa menemukan saya sudah berbuat 'sesuatu' kepada lingkungan sekitar saya. Saya tak bisa menemukan jejak-jejak amal apa yang sudah saya tinggalkan."
"Tetapi apakah itu yang membayangi di depan sana? Apakah
hanya sebuah tanda lain dari ketidakpastian? Suatu tanda dari ketidakjelasan
lainnya? Tetapi ketidakjelasan itu juga yang sesegera mungkin harus disapa.
Mau-tidak mau."
"Entah kemana semua ini akan berarah pada akhirnya. Tetapi saya tak pernah menyesal dan minta maaf atas segala hal yang telah terjadi dan dilalui. Yang saya tahu, pada akhirnya setiap orang di muka bumi ini harus mengambil beberapa pilihan. Menemukan kemungkinan untuk dirinya sendiri, dengan terpaksa atau tidak. Mau-tidak mau. Dan dari sini, sudah bukan pada tempatnya penyesalan dan keinginan untuk meminta maaf mengambil tempat. Yang tersisa hanyalah kenyataan eksistensial yang menempati sebuah ruang dan waktu baru, dan bagaimana keputusan lain harus sesegera mungkin ditentukan dari situ."
"Namun, dengan kesadaran maupun keterpaksaan yang telah dihadapi selama ini, dan beberapa pilihan yang harus diambil setelahnya. Saya ketahui dengan jelas bahwa saya bebas. Saya memilih didalam sebuah persimpangan ketidakjelasan. Pada akhirnya, semua kesedihan, dan semua rasa sakit, menjadi tidak relevan dengan kenyataan, bahwa saya adalah individu bebas yang menjalani konsekuensi dari kebebasan yang telah saya pilih selama ini."
"Karena dengan ketidakjelasan, kamu menemukan kemungkinan bagi dirimu sendiri dengan segala konsekuensinya", begitu suara sayup terdengar dari arah belakang. Tidak ada penyesalan, dan tidak ada jalan memutar kebelakang."
Begitulah, paragraf per paragraf saya resapi, dari mereka yang telah terdampar dalam dirinya sendiri. mungkin saya kurang berani, masih takut karena sangat ragu untuk melangkah, padahal garis finish depan mata walau penuh dengan ancaman, tapi tidak ingin mundur untuk cari aman. Mungkin akibat saya terlalu butuh, hingga lupa untuk menjaganya? Padahal, impian pun kini terancam di tanggalkan. Stidaknya, saya bertanggungjawab.