Intuisi - mengikuti kata hati

§ 0


"Paling banyaknya penyakit hati ialah hasil daripada cintanya pada kedudukan/jabatan diantara manusia" - Al habib ali al jufri.

Bagaimana bisa saya menjadi perencana yang baik dan tergolong layak. Dengan impian yang begitu besar untuk berbuat sesuatu, walau saat ini saya sedang studi di Ilmu Perencanaan Wilayah dengan berbagai materi yang telah didapat dan tengah mendapatkan kesempatan untuk mempin sebuah tim yang berkelanjutan. Namun, terasa kurang atas kemampuan diri ini untuk menjadi seorang pemimpin. Padahal, Bukankah memang kita berada di dunia ini bertugas untuk menjadi pemimpin, dengan hal paling dasarnya adalah memimpin diri sendiri.

Setiap saat perhatian saya tertuju kepada apa yang dipersepikan indera saya. Saya tak dapat mengingat masa lalu dengan jelas, tak juga membayangkan bentuk kehidupan pribadi saya esok hari, padahal telah hidup berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mengulangi pola yang sama dengan begitu banyaknya. Dengan semua pengalaman ini, saya masih saja belum mampu melihat masa depan yang terdekat secara cukup jelas.

Belajar dari para filsuf, bahwa bahasa primer tidak menyatakan pikiran atau gagasan, tapi perasaan dan kasih sayang. Jika saya ingin mengambil keputusan yang rasional dan efektif, saya perlu ikut serta secara intens dalam tindakan memahami dunia sekitar. Namun, kepekaan terhadap yang abstrak belum bisa dicerna oleh rasa (hati) dan hanya mementingkan logika serta panca indera yang sering berujung pada kebuntuan. Karena memang kompleksitas sistem sosial tak dapat menunggu analisis yang lengkap dan logis atas berbagai situasi.

Seperti yang didefinisikan Aristoteles bahwa manusia adalah hewan bernalar. Namun, berbeda dengan Aristoteles yang hanya mengedepankan nalar, para ulama mendefinisikannya sebagai hewan yang memiliki nalar (kemampuan rohaniah manusia) dan kemampuan untuk mengartikulasikan nalarnya dalam susunan kalimat (mengkomunikasikan) yang dapat dipahami oleh orang lain. Perasaan dan pertimbangan intuitiflah yang lebih mewakili pemikiran dan perilaku kita ketimbang verbalisasi (komunikasi) tentang itu. Sehingga kita dapat mengorganisir perasaan serta pertimbangan intuitif maupun logika agar dapat menangani masalah yang begitu kompleks dengan rancangan yang terstuktur terhadap pengambilan keputusan. Lalu, bagaimana saya bisa mengaktifkan intuisi tersebut, yang hal itu muncul dari Rasa (hati)?

Meditasi, introvert, kontemplasi adalah sebagian cara mengaktifkan intuisi. Pun dengan Agama, dengan cara beribadah dan mempelajarinya adalah salah satu cara mengaktifkan intuisi tersebut. Dalam dunia islam, di kenal dengan istilah Tasawuf. Tasawuf membentuk perilaku diri, mulai dari kebersihan hati dan pola pikir [mengenal diri sendiri] hingga kejernihannya seiring dengan wawasan yang tidak sempit, baik wawasan agama [mengenal pencipta], hingga wawasan kebangsaan [mengenal lingkungan]. Karena dalam islam, hati, jiwa, ruh, dan akal mempunyai satu makna dan arti yang sama yaitu suatu substansi lembut yang tidak kasat mata, yang merupakan esensi manusia dan media baginya untuk mengenal dan mengetahui sesuatu yang realis maupun abstrak.

Dalam Kitab Qabasun Nurul Mubin -- Alhabib umar bin Muhammad bin salin bin hafidz menjelaskan mengenai Hati.

Hati memiliki bala tentara :
- Pasukan pertama adalah pasukan yang mendorong dan penyemangat, baik untuk mendatangkan manfaat yang di inginkan, pasukan itu bernama nafsu (syahwat). Maupun yang dilakukan untuk menolak bahaya yang merusak, pasukan itu bernama amarah (ghadhab), pasukan penyemangat ini dinamakan kehendak (iradah)
- Pasukan kedua adalah penggerak anggota badan untuk mewujudkan apa yang di inginkan pasukan kehendak. Pasukan ini dinamakan kekuatan (qudrah)
- Pasukan ketiga bertugas untuk mencerap dan mengetahui berbagai hal. Ia laksana mata mat. Mereka adalah indra penglihatan, pendengaran, pencium, perasa, dan peraba. Pasukan ini dinamakan ilmu dan pencerapan (idrak).

Semoga Tuhan (Dzat yang maha membolak-balikkan hati) menjadikan kita orang-orang yang bersyukur atas karunia akal pikiran dan memelihara hati kita sehingga memungkinkan kita untuk mengetahui segala hal termasuk hakikat kita sebagai pemimpin di dunia. Sehingga kita dapat merumuskan berbagai kebijakan yang membawa manfaat serta kemakmuran untuk masyarakat dan alam.

Amin

What's this?

You are currently reading Intuisi - mengikuti kata hati at Marine Kenzi.

meta

§ Tinggalkan Pesan