Archive for April 2015

Sandiwara Dilautan

§ 0

Sedikit melihat masa lalu yang kelam, walau memang kebenaran itu relatif namun tak salah untuk disampaikan. Seperti pembantaian terhadap tuan tanah pasca kemerdekaan dengan cara agitasi, profokasi, intrik dan fitnah untuk menentang feodalisme tuan tanah. Apakah hal itu karena doktrin tuan tanah ataupun sang pemuka kepada para penggarap yang menyatakan bahwa rizki sudah ada yang mengatur dan orang miskin akan di hisab lebih sedikit di pasca dunia? tapi, bukan kah kemiskinan itu mendekati kekufuran?

Mungkin sejarah bangsa ini yang notabene bermuara pada feodalisme, sulit untuk dirubah. Sampai saat ini pun masih terjadi praktik patrimonial, atau yang lebih familiar disebut Neo-Patrimonial. Bukan lagi bicara mengenai tuan tanah, namun tuan pejabat. ntah apapun dan dimanapun berpijak, yang tertinggilah menentukan berhak tidaknya walau tidak sepatutnya di laksanakan.

Sampailah pada situasi "Prisioners Dilema". Situasi serba salah ini terjadi disaat masing-masing pihak terjangkit penyakit mementingkan diri sendiri serta kehilangan kepercayaan. Awalnya together tapi menjadi hedonistik, individualis, dan selfish. Petinggi yang salah dan mereka yang tersisih menjadi cari aman ditengah ketidakbenaran. Mungkin semua karena gengsi dan fakir pengakuan?

Mengatasi tragedi ini telah dijawab dengan kemunculan agama. melalui tasawuf membentuk prilaku diri (individu), kejernihan wawasan agama, dan kebangsaan termasuk mengenai social capital. Risalah Sufi-pun menjelaskan bahwa celaka bagi mereka yang bersikap bodoh ataupun berpura-pura bodoh dan menentang kebenaran.

Paragraf inipun mungkin hanya kesia-siaan, karena semesta, ia buta aksara, bergulir tak kenal arah. seperti genangan, akankah kita bertahan atau perlahan menjadi lautan. Lagu dari Banda Neira-pun menjadi penenang seperti hujan di mimpi.



Janganlah bersandiwara, mendiamkan Lautan tak kenal arah.

Mengenal Diri Mengenal Keterbatasan

§ 0

Sejarah Manusia akan selalu berubah karena konteks kehidupan silih berganti. Namun, Risalah Sufi telah menjelaskan bahwa diri ini memiliki 3 (tiga) bagian untuk menghadapi kedinamisan zaman : Nabati (tumbuh), Hewani (bergerak dan insting responsif), dan Insani (akal dan hati). Singkatnya, nabati melangsungkan pertumbuhan, hewani melangsungkan aksi, dan insani mendekritkan kebaikan ataupun kejahatan,

Apa yang paling kita semua khawatirkan adalah menghadapi ketidakpastian masa depan tentang berbagai hal, bahkan tak jarang kekhawatiran itu muncul akibat masa lalu jua. Dunia bahkan pasca dunia memang telah di gariskan. Perkembangan zaman, perubahan lingkungan, akademik, karir, materi, keturunan dan cinta adalah bahan yang selalu di imajinasikan. Memang, impian melampaui rasionalitas. Tapi, apakah itu semua hanya dipasrahkan atau bahkan terjebak dengan keadaan, baik lingkungan ataupun masa lalu.

Kita khawatir dengan yang tak pasti. Pilihannya, apakah jalani saja apa adanya atau melakukan perencanaan. Pilihan pertama menggoda walau terkesan pasrah, sedangkan pilihan kedua sulit diterima karena terlihat kompleks namun berpondasi. tapi, bukankah filosofi perencanaan adalah untuk menghadapi ketidakpastian masa depan?

Mungkin benar apa yang dikata Mr. Sonjaya dalam lagu sang filsuf, bahwa cinta itu adalah peduli terhadap diri sendiri.

Sang Pembesar Zaman

§ 0

Keyakinan, memiliki daya pengaruh lebih besar daripada rasionalitas. Otokritik adalah pembesar jiwa bagi para penyendiri untuk dapat meyakinkan dirinya sendiri sebelum orang lain.

Sikap reformis dan semangat perubahan adalah bakat natural dari bakat leadershipnya. Sehingga kecenderungan dapat mentransformasikan gagasan baru ke gagasan yang lebih hebat kepada perspektif yang lebih tinggi melampaui rasionalitas (yaitu : impian, khayalan, imajinasi, kepercayaan).

Setiap orang pernah berkontemplasi/bertafakkur. jadi, semakin kenalilah diri sendiri dengan terus berkontemplasi. karena introvert, berkontemplasi/bertafakkur itu adalah modal bagi para scientist, seniman, filsuf, dan pembawa ideologi untuk merubah zaman yang objeknya adalah manusia.

Aku pikir, Aku berbeda. Aku tenang.